Mengatasi Demam Panggung
Tidak sedikit orang memilih tidak menghadiri suatu acara daripada disuruh memberikan kata sambutan atau berbicara di depan umum. Semua ini karena rasa grogi dan tidak percaya diri akibat kurangnya persiapan yang dilakukan.
Rasa takut berbicara di depan umum antara lain :
-Demam Panggung
-Kecemasan Bicara
-Stres Kerja
-Gugup
-Panik
Akibat dari Demam Panggung secar fisik dan mental antara lain :
-Jantung berdetak lebih cepat atau hati berdebar-debar.
-Kaki atau lutut bergetar, dmeikian pula tangan.
-Tenggorookan atau mulut kering.
-Lupa yang mau dibicarakan.
-Suara bergetar bahkan sulit dikeluarkan.
-Tangan atau telapak tangan terasa dingin.
-Urat nadi berdenyut cepat.
-Bibir bergetar
Demam Panggung akan melanda seseorang karena ia merasa seakan-akan :
-Merasa tekut kelihatan bodoh atau bodoh di depan orang lain.
-Takut tidak bisa berbicara apa-apa setelah berada di atas podium.
-Tidak melakukan persiapan.
-Tidak tahu apa yang harus dibicarakan atau dilakukan di podium.
-Menyadari atau mengetahui akan dinilai orang banyak.
-Menghadapi situasi asing atau tidka bersahabat dengan kita.
Upaya mengatasi demam panggung
Secara garis besar ada dua cara untuk mengendalikan atau mengatasi demam panggung :
1. Metode Jangka Panjang, yakni dengan mempelajari teori dan teknik tampil dan berbicara didepan umum. Serta melakukan latihan berpidato. Kemampuan atau kemahiran berpidato dapat dimiliki siapa saja yang mau berpayah-payah melakukan dua hal tadi yaitu belajar dan berlatih.
2. Metode Jangka Pendek. Jika keadaan mendesak, yaitu dengan cara :
-Relaksasi atau melemaskan otot-otot yang tegang, misalnya dengan menggoyangkan kaki, menyalami tangan sendiri dan meletakkannya di atas kepala, dan memutar-mutarkan leher dan bahu.
-Menarik nafas dalam-dalam. Mengambil segelas air ke podium jika memungkinkan.
-Menggoyang-goyangkan tangan yang bergetar secara perlahan dan meletakkannya di atas mimbar.
-Memegang sesuatu misalnya tisu di kepalan tangan sebagai "pengalih" ketegangan.
-Sebelum tampil, pejamkan mata dan bayangkan audience mendengarkan, tertawa, dan bertepuk tangan untuk Anda.
-Ucapkan sesuatu kepada seseorang sekadar mengecek dan meyakinkan bahwa suara Anda siap dikeluarkan di podium.
Agar demam panggung tidak melanda kita saat melakukan pidato, maka lakukan hal-hal sebagai berikut :
-Melakukan latihan, keluarkan suara dengan keras, berdiri di depan cermin, jika perlu pilih tempat di sudut ruangan agar ada pantulan suara, gunakan tape recorder atau komputer untuk merekamnya, dan jika memungkinkan berlatih bicara di depan teman-teman dekat kita.
-Selalu melakukan persiapan secara menyeluruh.
-Bicarakan apa yang kita ketahui saja.
-Pilih topik yang sesuai dengan pengetahuan dan pengalaman.
-Konsentrasi hanya pada pesan yang akan kita sampaikan dan audience.
-Gugup adalah hal normal, namun jangan perlihatkan.
-Kebanyakan demam panggung hanya terjadi sebelum naik podium. Begitu kita tampil, demam panggung lenyap dengan sendirinya.
-Berbicaralah seolah-olah audience adalah teman-teman kita. Atau anggap saja mereka orang-orang bodoh dan Anda yang paling pandai.
-Ingat-ingat kejadian menyenangkan yang sudah lalu.
-Yakinkan pada diri Anda bahwa berpidato adalah hal yang biasa saja, berpidato tidak harus membuat kita stres.
-Kita tidak harus briliant atau sempurna untuk sukses, yang penting kita memberi pendengar kita sesuatu yang misalnya pengetahuan baru atau keceriaan berupa berita gembira atau humor.
-Kita tidak perlu menyampaikan segudang fakta dan data, cukup sampaikan 2 atau 3 point utama yang benar-benar kita ketahui dan pahami dengan baik.
-Kita harus punya tujuan yang jelas : Apakah memberikan informasi, mengajak atau menghibur. Hakikat berpidato adalah memberi, bukan meraih tepuk tangan dan atau pujian.
-Tampil dan bicaralah apa adanya. Jangan dibuat-buat. Jangan menjadi orang lain. Jadilah diri sendiri dengan begitu Anda akan tampak alami.
-Bersikap rendah hati. Usahakan selalu menyelipkan humor disela-sela pidato kita. Sudah banyak humor ditulis orang, Baca dan hafalkan beberapa humor yang paling lucu. Jangan sembunyikan kegugupan anda di depan audience. Katakan saja denga jujur bahkan sambil guyon bahwa Anda gugup. Mereka akan memaklumi karena kita semua memang punya kelemahan. Rendah hati membuat Anda lebih dihargai.
-Jangan merasa khawatir berlebihan. Jangan pernah berpikir : Bagaimana jika saya lupa pada materi yang hendak saya sampaikan? Bagaimana jika audience melecehkan dan memaki saya? Bagaimana jika hadirin meninggalkan ruangan begitu saya mulai bicara?
-Kita tidak perlu mengendalikan perilaku audience. Biar saja mereka mengantuk atau bicara dengan orang disebelahnya, atau membaca sesuatu. Kita kendalikan saja diri kita sendiri.
-Tak usah melakukan persiapan berlebihan. Biasa saja.
-Kebanyakan audience juga takut berpidato di depan orang banyak. Maka jangan khawatir secara berlebihan.
Secara garis besar ada dua cara untuk mengendalikan atau mengatasi demam panggung :
1. Metode Jangka Panjang, yakni dengan mempelajari teori dan teknik tampil dan berbicara didepan umum. Serta melakukan latihan berpidato. Kemampuan atau kemahiran berpidato dapat dimiliki siapa saja yang mau berpayah-payah melakukan dua hal tadi yaitu belajar dan berlatih.
2. Metode Jangka Pendek. Jika keadaan mendesak, yaitu dengan cara :
-Relaksasi atau melemaskan otot-otot yang tegang, misalnya dengan menggoyangkan kaki, menyalami tangan sendiri dan meletakkannya di atas kepala, dan memutar-mutarkan leher dan bahu.
-Menarik nafas dalam-dalam. Mengambil segelas air ke podium jika memungkinkan.
-Menggoyang-goyangkan tangan yang bergetar secara perlahan dan meletakkannya di atas mimbar.
-Memegang sesuatu misalnya tisu di kepalan tangan sebagai "pengalih" ketegangan.
-Sebelum tampil, pejamkan mata dan bayangkan audience mendengarkan, tertawa, dan bertepuk tangan untuk Anda.
-Ucapkan sesuatu kepada seseorang sekadar mengecek dan meyakinkan bahwa suara Anda siap dikeluarkan di podium.
Agar demam panggung tidak melanda kita saat melakukan pidato, maka lakukan hal-hal sebagai berikut :
-Melakukan latihan, keluarkan suara dengan keras, berdiri di depan cermin, jika perlu pilih tempat di sudut ruangan agar ada pantulan suara, gunakan tape recorder atau komputer untuk merekamnya, dan jika memungkinkan berlatih bicara di depan teman-teman dekat kita.
-Selalu melakukan persiapan secara menyeluruh.
-Bicarakan apa yang kita ketahui saja.
-Pilih topik yang sesuai dengan pengetahuan dan pengalaman.
-Konsentrasi hanya pada pesan yang akan kita sampaikan dan audience.
-Gugup adalah hal normal, namun jangan perlihatkan.
-Kebanyakan demam panggung hanya terjadi sebelum naik podium. Begitu kita tampil, demam panggung lenyap dengan sendirinya.
-Berbicaralah seolah-olah audience adalah teman-teman kita. Atau anggap saja mereka orang-orang bodoh dan Anda yang paling pandai.
-Ingat-ingat kejadian menyenangkan yang sudah lalu.
-Yakinkan pada diri Anda bahwa berpidato adalah hal yang biasa saja, berpidato tidak harus membuat kita stres.
-Kita tidak harus briliant atau sempurna untuk sukses, yang penting kita memberi pendengar kita sesuatu yang misalnya pengetahuan baru atau keceriaan berupa berita gembira atau humor.
-Kita tidak perlu menyampaikan segudang fakta dan data, cukup sampaikan 2 atau 3 point utama yang benar-benar kita ketahui dan pahami dengan baik.
-Kita harus punya tujuan yang jelas : Apakah memberikan informasi, mengajak atau menghibur. Hakikat berpidato adalah memberi, bukan meraih tepuk tangan dan atau pujian.
-Tampil dan bicaralah apa adanya. Jangan dibuat-buat. Jangan menjadi orang lain. Jadilah diri sendiri dengan begitu Anda akan tampak alami.
-Bersikap rendah hati. Usahakan selalu menyelipkan humor disela-sela pidato kita. Sudah banyak humor ditulis orang, Baca dan hafalkan beberapa humor yang paling lucu. Jangan sembunyikan kegugupan anda di depan audience. Katakan saja denga jujur bahkan sambil guyon bahwa Anda gugup. Mereka akan memaklumi karena kita semua memang punya kelemahan. Rendah hati membuat Anda lebih dihargai.
-Jangan merasa khawatir berlebihan. Jangan pernah berpikir : Bagaimana jika saya lupa pada materi yang hendak saya sampaikan? Bagaimana jika audience melecehkan dan memaki saya? Bagaimana jika hadirin meninggalkan ruangan begitu saya mulai bicara?
-Kita tidak perlu mengendalikan perilaku audience. Biar saja mereka mengantuk atau bicara dengan orang disebelahnya, atau membaca sesuatu. Kita kendalikan saja diri kita sendiri.
-Tak usah melakukan persiapan berlebihan. Biasa saja.
-Kebanyakan audience juga takut berpidato di depan orang banyak. Maka jangan khawatir secara berlebihan.
Komentar
Posting Komentar